اَلْمُحَافَظَةُعلَى الْقَدِيْمِ الصَّالِحِ وَالأحْذ بِالجَدِ يْدِ الأصْلَحْ
“Menjaga dan meneruskan tradisi lama yang baik dan menerima tradisi baru (modernitas) yang lebih baik”.
Inilah yang ditunjukkan oleh gerakan dakwah yang dilakukan oleh Walisongo dalam memasukkan unsur-unsur Islam ke dalam budaya lokal. Walisongo menyebarkan Islam tidak dengan pendekatan halal-haram, melainkan dengan memberi spirit di setiap perayaan adat yang laksanakan oleh masyarakat. Sehingga Islam bercampur tradisi dan adat-istiadat masyarakat secara substansi. Kondisi ini yang kemudian memudahkan penyebaran Islam ke segala dimensi kehidupan masyarakat.
Kaum Islam modernis mengangap bahwa Nahdlatul Ulama sebagai organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia tidak bisa memberikan kontribusi positif bagi terwujudnya formalisasi syariat Islam di Indonesia. Dalam masalah ini NU memandang bahwa konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila sudah final dan ini harus dipertahankan eksistensinya. Pemerintah sebagai penguasa negara yang sah harus ditempatkan pada kedudukan yang terhormat dan wajib ditaati selama tidak menyeleweng dan atau memerintah ke arah yang bertentangan dengan hukum dan ketentuan Allah.
Kaum Islam modernis mengangap bahwa Nahdlatul Ulama sebagai organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia tidak bisa memberikan kontribusi positif bagi terwujudnya formalisasi syariat Islam di Indonesia. Dalam masalah ini NU memandang bahwa konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila sudah final dan ini harus dipertahankan eksistensinya. Pemerintah sebagai penguasa negara yang sah harus ditempatkan pada kedudukan yang terhormat dan wajib ditaati selama tidak menyeleweng dan atau memerintah ke arah yang bertentangan dengan hukum dan ketentuan Allah.
Sikap tawassuth ini mengandung tiga unsur, yaitu ; tawazzun, I’tidal dan tasammuh.
At-Tawazzun berarti sikap seimbang, tidak berat sebelah, tidak melebihkan salah satu sisi mengurangi sisi yang lain . Sikap demikian ini sesuai dengan ayat Al-Qur’an Surat Al-Hadiid ayat 25:
Artinya, “Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan”.
Al-I’tidal, yaitu sikap adil, tegak lurus, tidak condong ke kanan-kananan atau ke kiri-kirian. Sikap ini diambil dari firman Allah surat Al-Maidah ayat 9 :
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Sedangkan tasammuh (toleransi) adalah sikap keberagamaan dan kemasyarakatan yang menerima kehidupan sebagai sesuatu yang beragam (plural). Keberagaman iu menuntut sikap untuk menerima perbedaan pendapat dan menghargainya secara toleran. Toleransi yang tetap diimbangi dengan keteguhan pendirian dan sikap
Tasamuh
Sikap tasammuh ini hendaklah terwujudkan dalam pergaulan (mu’asyarah) antar golongan, demikian dapat dilakukan dengan:- a. Mengakui karakter tabiat manusia yang senang berkelompok dengan unsur pengikat masing-masing.
- b. Pergaulan antar golongan didasarkan atas saling menghormati dan menghargai.
- c. Permusuhan hanya boleh dilakukan terhadap golongan yang nyata-nyata memusuhi Islam dan ummat Islam.
Sikap moderat yang diteladankan ulama Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jama’ah itu tercermin oleh para Walisongo dalam upaya penyebaran Islam di Nusantara. Sepanjang dakwah Walisongo, ditemukan sebuah upaya untuk mencari jalan tengah antara ajaran Islam seperti tertera dalam nash dengan kondisi riil yang ada di tengah-tengah masyarakat.
Al hasil sikap demikian sungguh menghadirkan wajah Islam yang damai dan toleran, bukan Islam yang garang dan menghancurkan (destruktif).
#Wallahu_a'lam
.Copas dari Ustadz Lukman,( Adik Cak Irfan )
Al hasil sikap demikian sungguh menghadirkan wajah Islam yang damai dan toleran, bukan Islam yang garang dan menghancurkan (destruktif).
#Wallahu_a'lam
.Copas dari Ustadz Lukman,( Adik Cak Irfan )
No comments